Kertas Dan Candu

http://needleinthehay.net/wp-content/uploads/2014/09/pen-blank-paper.jpg



 Gelaran langit menatap dan menaungi langkahku yang kian tersendat. Ditengah coretan hidup ini tintaku serasa kering menyumbat dan meninggalkan jejak ujung pena yang seharusnya tertuang dalam secarik kertas kehidupan yang sedang aku rangkai. Lalu aku menggantinya dengan kertas baru, kutulis cerita yang berbeda dari sebelumnya sambil berjalan dengan perlahan.

 Waktu bergulir terus bergulir menapaki ruang-ruang yang baru dalam kehidupanku, hingga suatu ketika rasa itu datang. Aroma dan bumbu baru seolah-olah menjadi pemanis, rasa manis ini membuatku merasa candu pada hal yang belum kurasa sebelumnya. Candu ini terus saja membuatku terpengaruh, kuputuskan untuk mencoba menyimpannya untuk suatu saat kelak. Aku berusaha menjaganya dengan baik agar tak ternoda oleh hal apapun.

 Ternyata aku terlalu pahit, pahit ini menodai candu yang seharusnnya tak kunodai aromanya. Kusucikan kembali candu tersebut dengan penuh hati-hati namun apalah daya aku bukanlah tabib untuknya bukan juga air untuk membilas noda dan noda. Aku terpaksa merelakan bukan untuk meninggalkan candu tersebut tapi untuk meninggalkan diriku sendiri, aroma tersebut hilang membuatku sakau. Candu tersebut menghilang menemukan apa yang harus candu tersebut temui.
 Aku ingat-ingat kembali.

 Gerbang telah tertutup dari dulu. Rasa sesal menggelapkan hati ini, seharusnya tak kuganti kertas tersebut. Tinta itu membuatku ingat seharusnya kulanjutkan jejak pena tersebut denga pena yang baru bukan dengan ketas, pena, dan isi cerita yang baru.

 Namun aku bersukur aku masih diberi penyesalan dari Sang Pemberi Keputusan. Aku bersyukur tinta tersebut belum terlalu jauh kutuangkan kedalam kertas yang baru.

"Kutulis lagi jejak pena dari kertas yang telah kubuang waktu itu"

JE

Komentar